Save our Komisi Pemberantasan Korupsi
Usia masih seumur jagung KPK jilid III akhirnya tancap gas. Kepemimpinan Abraham Samad telah memperlihat perubahan dalam wajah pemberantasan korupsi di tanah air. Baru beberapa bulan KPK telah menjelma menjadi sebuah lembaga penegak hukum yang sangat disegani. Janji Ketua KPK jilid III untuk memberantas korupsi kelas kakap tanpa pandang bulu menjadi suatu visi yang harus segera diwujudkan.
Awalnya banyak yang pesimis terhadap KPK Jilid III ini. Pernyataan Abraham Samad pada saat fit and proper test dihadapan para anggota komisi III DPR RI dianggap mencari simpati. Belum lagi ketika berjanji akan membongkar kasus korupsi besar dalam jangka waktu 1 tahun. Para pengamat pun berlomba-lomba memprediksi sepak terjang KPK ke depan. Kebanyakan dari mereka (baca: pengamat) pesimis terhadap kinerja lembaga KPK sambil membandingkan dengan ketua KPK sebelumnya Busyro Muqoddas.
Busyro Muqoddas dimata banyak kalangan dianggap telah gagal memimpin KPK. KPK lebih banyak mengurusi persoalan-persoalan yang tidak penting seperti statement Busyro soal mobil mewah anggota DPR RI. Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah selaku pimpinan KPK juga tidak berdaya karena telah terjadi kriminalisasi KPK. Hal itu berujung kepada ketidakpercayaan publik terhadap lembaga KPK dalam memberantas kasus-kasus korupsi. KPK menjadi macan ompong dihadapan para koruptor dan penguasa. KPK sepeninggalan Antasari Azhar sangat miskin prestasi dalam membongkar kasus-kasus korupsi.
KPK jilid III telah memperlihat kinerja yang mulai membaik. Satu persatu kasus-kasus korupsi mulai diotak-atik. Pimpinan KPK telah berusaha membongkar kasus korupsi besar yang melibatkan anggota partai politik. Kasus-kasus yang menyita perhatian masyarakat Indonesia dijadikan skala prioritas. Beberapa kasus besar seperti kasus Bank Century, kasus suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia dan kasus suap Wisma Atlet yang melibatkan para petinggi partai telah dibidik.
Kasus besar suap cek pelawat pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia sudah mulai di meja hijaukan. Nunun Nurbaeti dan Miranda Goeltom sudah resmi dinyatakan tersangka baru dalam kasus ini. KPK mendapatkan apresiasi besar dari banyak kalangan. Maklum tersangka KPK Miranda Goeltom dan Nunun Nurbaeti dianggap orang-orang yang dekat dengan kekuasaan.
Tidak berhenti disitu, KPK langsung melancarkan serangan ke kasus suap Wisma Atlet. M. Nazaruddin setelah tertangkap karena lari keluar negeri haruslah mempertanggungjawabkan perbuatannya. KPK mendalami “nyanyian” terdakwa selama menjalani pelarian sebagai buron. Mantan Bendahara Partai Pemerintah ini banyak menyebut nama-nama yang ikut menikmati uang haram tersebut.
Selama bergulir kasus suap Wisma Atlet di Pengadilan Tipikor, semakin menuju titik terang kebenaran nyanyian M. Nazaruddin. Tuduhannya atas keterlibatan nama-nama besar di partainya membuat marah orang nomor 1 di negeri ini. SBY selaku pembina Partai sangat kecewa atas keterlibatan kader partainya. Kerja keras SBY yang selalu di depan memimpin pemberantasan korupsi tercoreng. Tidak berlaku lagi pernyataan “Partai Demokrat Bersama SBY Memberantas Korupsi” seperti iklan di tv pada pemilu legislatif yang lalu.
Kerasnya guncangan pembongkaran kasus Wisma Atlet membuat banyak kalangan (baca: petinggi partai) was-was. Apalagi setelah saksi-saksi dalam persidangan menyebut-nyebut nama “AU” dan “AM” juga ikut menikmati uang tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari pemberitaan media yang semakin kencar mengakibatkan penurunan kepercayaan masyarakat terhadap partai Demokrat dan pemerintahan SBY.
Akan tetapi, dibalik dukungan yang besar buat pimpinan KPK untuk membongkar kasus Wisma Atlet. Ada juga kalangan yang tentunya berusaha menggagalkannya. Para pencuri uang negara semakin memperkeruh dalam pengungkapan kasus ini. Mulai dari usaha memecah belah para pimpinan KPK hingga ancaman yang ditujukan kepada ketua KPK Abraham Samad.
Dukungan for Abraham Samad
Semakin tinggi pohonnya, semakin kencang angin menerpah. Pepatah ini sesuai dengan kondisi yang dialami ketua KPK jilid III. Sosok santai dan tegas ketika berbicara soal pemberatasan korupsi mulai angkat bicara. Abraham Samad dalam wawancara di media elektronik curhat terhadap tekanan dan ancaman yang dialaminya. Nahkoda baru pimpinan KPK ini mengaku selalu diancam sejak terpilih menjadi ketua KPK sampai sekarang.
Tidak ada yang menyangka tokoh muda dan enerjik asal Makassar ini, sangat komit terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia. Saat ditanya seputaran pengancaman yang dialaminya dengan santun dia (baca: Abraham Samad) mengatakan saya sudah terbiasa menerima ancaman. Anak dan keluargaku akan merasa bangga bila saya mati karena telah memperjuangkan pemberantasan korupsi dibanding saya harus mati karena terkena serangan jantung di atas kasur empuk.
Betapa besar semangat dan ketegasan yang diper;ihatkan oleh sosok Abraham Samad dalam memberantas tikus-tikus pemakan uang negara. Hingga siap menjadi kayu bakar lokomotif pemberantasan korupsi. Kita semua rakyat Indonesia tentunya bangga dan harus memberikan dukungan sebesar-besarnya buat para pimpinan KPK terkhusus Abraham Samad dalam membongkar kasus korupsi. Perampok uang rakyat