Media Maunya Apa ?
Hari ini berita dugaan tamparan oleh Wamenkunham, Deni Indrayana terhadap salah satu petugas lapas menghiasi media-media terutama di media televisi.
Awalnya saya pikir wajar saja jika hal tersebut menjadi sorotan, toh yang menampar bukan orang biasa, melainkan seorang pejabat negara. Tapi lama-kalamaan bosan juga melihat pemberitaan yang ada, berita tersebut terus diulang-ulang dan mengecam perbuata Wamenkumham tersebut, bahkan menghadirkan beberapa pengamat walaupun Deni Indrayana sendiri sudah membantah dan mengklarifikasi isu tersebut.
Kenapa media lebih senang menyoroti dugaan tamparan yang dilakukan oleh Deni Indrayana ketimbang kebobrokan petugas lapas itu sendiri? Apakah dugaan penamparan tersebut lebih penting disoroti ketimbang praktek jual beli narkoba yang terjadi di lembaga yang seharunya menjadi “bengkel manusia” tersebut? Bukankah peredaran narkoba sudah sangat meresahkan di negeri ini? Kalau di lapas saja yang punya penjagaan khusus narkoba bisa bebas keluar masuk bagaimana di luar?
Sayang sekali, saya melihat pemberitaan sudah menjurus suka atau tidak suka, kawan atau lawan bukan pada substansi nilai, bahkan berusaha mengiring opini untuk membenci ataukah memuja seseorang secara berlebihan.
Masih teringat bagaimana Dahlan Iskan mendapat pujian setelah membanting kursi dan membuka pintu tol akibat kelalaian petugas tol yang datang terlambat. Dan bagaimana Deni Indrayana justru di sorot tajam ketika menampar salah seorang petugas lapas yang mana di dalam lapas tersebut terindikasi ada narkoba yang beredar.
Memang, membanting kursi dan menampar mempunyai kadar yang berbeda dan tidak bisa dibenarkan namun keduanya punya semangat yang sama dalam membenahi kebobrokan birokrasi yang sudah akut.