Potret Politik & Hukum di Tahun 2013
Selamat tinggal tahun 2012. Selamat datang tahun 2013. Tahun 2012. Tahun yang penuh kegundaan, kecemasan, kegaduhan dan kegalauan. Ada Presiden galau, DPR galau, KPK galau, Polri galau, hingga pengadilan ikut-ikutan galau. Semuanya serba galau sampai negeri ini bahkan disematkan terminologi “Republik Galau”.
Momen menjemput tahun baru 2013, apakah kita semua masih dalam kegalauan?Mari kita tanya sendiri kepada diri kita masing-masing. Karena yang memerankan karakter kegalauan itu, manusianya sendiri.
Manusialah yang mengendarai politik, sehingga politik itu meninggalkan kesan baik, etis, bermoral. Ataukah sebaliknya: buruk, lalim dan culas. Manusialah yang menggoyangkan“bandul” keadilan hukum sehingga hukum itu tampak adil ataukah diskriminatif. Tajam ke bawah, tumpul ke atas.
Memang tahun 2012 telah meninggalkan kita. Tapi politik yang galau ditahun tersebut. Akan berpengaruh untuk tahun 2013. Sejumlah partai politik, terutama partai-partai besar, apalagi partai penguasa parlemen(the ruling party) banyak meninggalkan “jejak” keculasan. Sehingga tidak dipercaya lagi oleh publik. Oleh jutaan rakyat Indonesia sebagai lembaga yang dapat menyalurkan aspirasinya. Karena dituding semua kader partai terseret dalam pusaran korupsi.
Partai Demokrat adalah partai yang paling “galau.” Karena dihantam topan badai sepanjang tahun 2012. Hingga menjatuhkan dan menelan banyak korban. Sebut saja misalnya mantan putri Indonesia: Angelina Sondakh, mantan Bendahara Demokrat: M. Nazaruddin. Dan terakhir mantan Menpora: Andi Alifian Mallarangeng menutup akhir tahun 2012. Benar-benar meninggal luka, bagai menelan“pil pahit” terhadap partai yang pernah membesarkan namanya. Maka demokratpun semakin “terakumulasi” kegalauannya di tahun baru 2013.
Kegalauan politik semakin menjadi runyam rupanyauntuk semua partai politik di tahun 2013. Mereka tidak mau belajar dari masa-masa sebelumnya. Ketika kepercayaan rakyat mulai merosot tajam terhadap dirinya. Tetap saja mengusung calon-calon pemimpin galau. Calon-calon itu juga. Padahal kalau dipikir-pikir calon pemimpin galau.Malah akan berimbas pada ketidakpercayaan rakyat. Entah Siapa lagi yang memimpin Indonesia kedepan ? Siapakah pemimpin yang dapat bersikap tegas, arif, dan tepat menuntaskan masalah ?
Mulai dari partai pemerintah, yakni Partai Demokrat hingga akhir tahun 2012. Belum juga menunjukan figurnya yang layak untuk dijadikan Calon Presiden 2014. Kekuatan figur tetap disematkan pada SBY. Meski SBY mustahil lagi dicapreskan untuk ketiga kalinya. Boleh jadi partai Demokrat masih sibuk memperbaiki konflik internal dalam partainya. Konflik antara Rohut Sitompul dan Anas misalnya. Ataukah partai “segitiga biru” ini masih berusaha “bersih-bersih” dari laku korupsi.
Kemudian ada Partai Golkar, partai kuning pohon beringin itu. Sebagai kelompok partai besar. Juga turut andil menciptakan kegalauan menyongsong 2013. Setelah mendeklarasikan ARB (Aburizal Bakrie) sebagai Capres 2014. Publik pasti sudah tahu dan tidak lupa kalau Capres pengusaha kaya itu. Telah merampas tempat tinggal warga Sidoarjo akibat semburan Lumpur Lapindo dari perusahaannya. Belum lagi kasus penggelembungan pembayaran pajak yang menyereret nama Group Bakrie.
Tidak jauh berbeda dengan Partai Gerindra yang menasbihkan Prabowo Subianto, PDI Perjuangan yang tetap mengukir nama Megawati, dan Partai Hanura yang memunculkan nama Wiranto. Semuanya adalah wajah-wajah lama yang integritasnya dan trackrecordnya juga disinyalir kurang baik. Kian mempertegaskan partai politik menjemput tahun baru dan mengawali tahun 2013. Masih menyimpan sejumlah kegalauan.
Hukum yang “Galau”
Dalam dunia penegakan hukum. Tahun 2012 juga tidak jauh berbeda dengan masalah yang menghantam perpolitikan nasional kita. Masih banyak Pekerjaan Rumah seputar isu hukum seperti korupsi, mafia di kepolisian, mafia di kejaksaan, mafia peradilan, bahkan disinyalir mafia sudah merembes ke istana.
Ada kasus megakorupsi Century yang belum tuntas semua. Meski sudah menyeret Deputi Bidang Pengelolaaan Moneter Devisa Budi Mulya dan Deputi Bidang Pengawasan Siti Chalimah Fadjrijah sebagai tersangka. Tapi justru membuat “galau” juga Wapres Boediono. Karena namanya tidak pernah berhenti disebut-sebut baik oleh KPK maupun beberapa anggota DPR dalam Pansus Century dan HMP pendapat DPR kemarin.
Kasus Wisma Atlet dan Sport Center Hambalang. Meski sudah menjaring nama Angelina Sondakh, Deddy Kusdinar dan Andi Alifian Mallarangeng (AAM) dalam “zona hukum” KPK. Belum selesai juga seputar masalah hukum itu menciptakan kecemasan alias kegalauan terhadap Anas Urbaningrum. Orang nomor satu di Partai Demokrat itu. Karena M. Nazaruddin semakin nyaring nan merdu saja suaranya mendendangkan nama Anas sebagai “pembohong”, “koruptor”. Anas dituduh, diftnah, dituding turut terlibat dalam permainan anggaran dalam proyek pembangunan Sport Center Hambalang.
Kegalauan itu tidak berhenti terhadap “aktornya” saja. Tapi juga menghipnotis lembaga negara ini dalam pusaran kegalauan. Presiden yang dikritik karena salah dalam memberikan grasi terhadap gembong narkotika Corby dan Nola. DPR yang dituding lembaga pemeras BUMN hingga muncul stigma lembaga paling terkorup. Katanya ada “mafia” anggaran di Banggar DPR.
Dalam institusi hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan, hingga pengadilan memunculkan isu yang tak sedap di dengar dan lagi-lagi memunculkan kegalauan di mata publik. Masihkah kita dapat percaya terhadap penabuh genderang keadilan ini ? Dengan adanya mafia dilingkungan kepolisian dengan isu “rekening gendutnya”, serta kasus Korupsi Simulator SIM di bawah kendali sang tersangka Irjen Djoko Sosilo. Mafia di lingkungan ke Jaksaan atas nama Cirus Sinaga. Hingga seorang Hakim Agung Yamani di berhentikan tidak hormat, gara-gara berinisiatif mengubah putusan perkara gembong Narkoba Hengky Gunawan.
Untung saja, kegalauan KPK, lembaga superbody itu. Terutama Abraham Samad (AS) sebagai ketua KPK. Yang akan pulang kampung. Jika tidak tuntas kasus century. Seolah terbayar janjinya pada rakyat. Setelah menyeret salah satu “anak tangga ” baru kasus Sport Center Hambalang. Cuma kegalauan KPK tersisa satu.Konon ketika ia menyeret salah satu kabinet Indonesia Bersatu Jilid II Andi Alifian Mallarangeng. Terkesan KPK kini “dianaktirikan” oleh Presiden SBY.
Dari Sekelumit kegalauan politik dan kegalauan hukum menjumpai awal tahun ini. Bukan berarti harus melestarikan kegalauan itu selamanya. Satu tahun tersisa saatnya para aktor dan elit politik cepat-gegas berbenah diri.
Demikian halnya dengan lembaga penegakan hukum. Jangan takut untuk mengayunkan pedang keadilanmu. Karena rakyat sudah lama tidak percaya pada kemuliaan “politik” dan keadilan “hukum” yang selalu didengung-dengungkan oleh para filsuf di abad sebelum masehi itu.. Hapy New Year 2013.