Pidato SBY “Sengaja” Dibocorkan
SBY yang dulunya “adem-adem” saja dengan kondisi parlemen. Meskipun parlemen tidak menyetujui “secara integral kebijakannya” nampaknya sudah tidak tenang lagi. SBY semakin terbukti kegelisahan dan kegalauannya atas sikap partai yang tidak lagi sejalan dengan kebijakan yang “diusungnya”. PKS boleh jadi dianggap partai yang tidak tau “diuntung”. Tidak mengerti balas budi. Sehingga dalam rapat Setgab-pun PKS tidak diundang. Mungkin saja PKS sudah tidak dipercaya lagi.
Namun SBY bersama koalisi Setgabnya tidak berani “mendepak” PKS secara “kasar” melalui pengumuman langsung dengan mengadakan “resufhle cabinet”. Karena SBY pastinya tahu kalau saja Menteri yang ada di kabinet Indonesia Bersatu jilid II, jika didepak melalui hak proregatif Presiden, PKS akan menjadi partai yang “tersakiti”
Dan kalau saja PKS disakiti oleh action resuflhe cabinet. Maka Publik akan menaruh harapan “kepercayaan” kepada PKS. Dan SBY tentunya tidak mau mendapat “pesaing” yang bisa membuat partainya akan “nyunsep” gara-gara dianggap Pemerintah yang menggunakan jargon partai dengan “sok berkuasa”
Kebocoran Pidato SBY, yang disinyalir hanya bisa diketahui dalam kalangan internal Demokrat sendiri. Menurut Ketua DPP Partai Demokrat Benny K Harman “bocornya pidato Ketua Dewan Pembina PD Susilo Bambang Yudhoyono ke publik membuktikan adanya “rayap” di internal partai yang ingin menghancurkan partai sendiri”. Adalah alasan klise doang, supaya Demokrat tetap dianggap sebagai partai yang “suci”
Meskipun Demokrat ingin melakukan ironi victimisasi. Sebagai korban dari “kezaliman partai-partai “oposisi”. Nyatanya kebocoran isi pidato tersebut adalah “disengaja”. Terutama kepada PKS, sebagai partai dalam rapat paripurna APBN-P 2012 kemarin, yang sengaja melakukan politik Zig-zag tidak mau lagi menjalin “kemesraan” dalam rangkulan Setgab koalisi.
SBY secara sengaja membuat Pidatonya sendiri “bocor” agar PKS dengan lapang dada menarik diri dari koalsi Setgab. Nah, kalau bukan SBY yang mendepak “perwakilan menterinya” maka tidak tepat lagi dikatakan bahwa PKS adalah partai yang tersakiti. Lagian tidak ada yang “mendepak” dia (baca: PKS). Kalau sudah begini PKS tentunya dengan kerendahan hati atau “kesadaran diri” sebagai partai yang tidak dibutuhkan lagi. Kalau memang berhasrat keluar dari Koalisi pemerintahan SBY. Di lain sisi citra Demokrat di bawah kendali SBY (baca: Dewan Pembina Demokrat) tetap akan bertahan.